Memasuki ajaran 2011-2012, ternyata masih banyak sekolah dasar di pelosok yang menggunakan buku berbasis kurikulum tahun 1999. Diantaranya SD 006 Pasir Belengkong, Kalimantan Timur dan SD 19 Limboro Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan.

"Wah saya kaget sekali ketika melihat buku anak-anak yang dipelajari di SD tersebut ternyata buku tersebut berbasis kurikulum tahun 1999," ungkap salah satu pengajar muda, Saktiana Dwi, kepada Tribunnews, di Resto Haru Manis, Kamis (15/12/2011) sore.

Ia mengungkapkan memang sangat minim suplai buku yang masuk ke wilayah tersebut sehingga buku kurikulum yang dipelajari masih kurikulum 1999.

Hal tersebut kata dia, tentu akan menyebabkan sekolah tersebut tertinggal, "Karena metode belajar dari tahun ke tahun itu akan berubah," katanya.

Parahnya lagi, tak jarang siswa yang belajar masih menggunakan sistem dikte oleh gurunya, karena minimnya siswa yang tidak memiliki buku.

Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar, Hikmat Hardono berharap atas perihal tersebut semoga kini SD di pelosok-pelosok di Indonesia bisa lebih mengenal buku, pasalnya kata dia semangat anak-anak desa untuk membaca itu sangat tinggi sekali.

Melalui program Secangkir Semangat Selangit Harapan berkat kerja sama PT. Kapal Api Global dan Indonesia Mengajar yang mampu mengumpulkan 20 ribu buku dari 10 ribu donatur berharap bisa membantu keterbatasan buku yang menjadi masalah sejauh ini.

"Semoga dengan sumbangan buku SD yang ada dipelosok yang kini tidak memiliki perpustakaan sudah harus memiliki perpustakaan," jawabnya.

sumber