Mari kita lanjutkan perjalanan menelusuri Taman Hutan Raya Juanda. Seperti yang sudah saya katakana sebelumnya, jika sudah sampai di Goa Belanda berarti baru mencapai seperlima dari total perjalanan menuju pintu IV di Maribaya. Dari papan petunjuk yang ada di depan Goa Belanda, selama perjalanan nanti akan melewati beberapa objek yang sepertinya menarik. Ada Curug Koleang dengan jarak 1 km, Curug Kidang dengan jarak 2 km, Curug Lalay dengan jarak 3 km, dan yang terakhir adalah Curug Omas yang sudah terletak bersebelahan dengan Maribaya dengan jarak kurang lebih 5 km dihitung dari Goa Belanda. Bisa Anda bayangkan sendiri jauhnya, kemudian bisa Anda pikirkan mau melanjutkan perjalanan atau tidak. Hehe..
Sebenarnya kalau Anda nggak mau capek, di dekat Goa Belanda ada tukang ojek yang biasa menawarkan jasanya kok. Ini cukup cocok buat pengunjung yang ingin ke curug-curug tersebut tanpa harus kecapekan jalan kaki. Menurut info, biaya ojeknya sekitar 20.000. Ya namanya ojek begini, tarifnya nggak pasti. Harus pandai-pandai menawar saja. Iya nggak? Paling nggak kan ada alternatif lain selain jalan kaki bagi yang nggak kuat.
Karena saya memang sudah berniat trekking menelusuri hutan yang cukup luas ini, jadi saya nggak perlu lah menggunakan jasa ojek. Jalan kaki dengan santai saja nggak membutuhkan waktu yang lama kok. Apalagi medannya bukanlah medan yang penuh tanjakan jahanam. Menurut saya jalannya cukup friendly karena hanya sedikit saja jalan yang agak menanjak. Mungkin kalau datang kesini beramai-ramai bakal lebih santai lagi karena ada yang diajak ngobrol. Kalau sendiri kayak saya sih yang ada ngobrol sama monyet. Hehe..
Saya cukup heran, pada petunjuk jalan di Goa Belanda tadi terhitung setidaknya ada empat curug yang akan saya lewati. Ntah terlewat atau bagaimana setelah berjalan kurang lebih 1 km saya tidak menemukan keberadaan Curug Koleang. Saya hanya mendengar suara gemericik air yang sepertinya suara air terjun, tapi saya tidak tahu dimana tempatnya. Sambil berjalan terus mencari, tapi malah bukan curug yang saya dapatkan. Melainkan sebuah kolam buatan yang konon digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik lengkap dengan sungai yang airnya cukup keruh berwarna coklat.
Setelah berjalan cukup jauh, jalanan menjadi semakin sepi saja. Sepanjang perjalanan saya hanya ditemani kicauan burung-burung, serangga-serang atau bahkan mungkin binatang melata yang berderik, serta riuhnya suara monyet. Di hutan yang sangat luas ini saya hanya berjalan seorang diri tanpa ada orang lain yang lewat. Namun semakin mendekati Maribaya kembali ada gubug-gubung yang biasanya digunakan untuk berjualan namun hari itu sedang tutup. Hanya ada beberapa orang ibu-ibu atau mungkin lebih tepatnya dibilang nenek kali yah, karena usianya sudah cukup tua yang menempati gubug-gubug tersebut. Si Nenek dengan ramah menyapa saya saat saya berhenti beristirahat di salah satu gubug. Saya sih cuma manggut-manggut sambil senyum aja lha wong ngomongnya pake Bahasa Sunda yang sangat kental yang saya nggak tahu sama sekali artinya. Hohoho..
Menurut informasi dari nenek tadi, lokasi curug sudah nggak jauh lagi. Nah tidak lama kemudian saya bertemu dengan sebuah jembatan yang melintasi sungai. Mendekati jembatan ini suara monyet jadi semakin riuh ramai. Walaah.. Lha monyet-monyetnya pada santai bermain di tengah jalan. Sesekali melirik saya dan langsung berlari saat saya berjalan mendekat. Padahal saya sendiri juga ngeri mendekat melewati gerombolan monyet-monyet tadi, lumayan takut diserang. Mereka kan kalau nyerang gerombolan. Pengalaman pribadi gangguin anakan monyet di Tawangmangu dan hampir dikeroyok.. *sigh*
Ternyata setelah melewati jembatan yang tadi, memang benar curug sudah tidak jauh lagi. Disini mulai ada beberapa orang dan juga tukang ojek yang nongkrong. Mereka dengan ramah menjawab saat saya tanya lokasi curugnya. Tapi saya cukup kaget saat melihat petunjuk jalan bahwa saya sudah sampai di Curug Omas. Berarti selain melewatkan Curug Koleang, saya juga melewatkan Curug Kidang dan Curug Lalay. Hadohh.. Piye iki? Kalau saya nggak salah, jalan yang dilewati ya cuma satu itu aja. Kalau peluang untuk nyasar sih rasanya cukup kecil. Namun peluang melewatkan beberapa curug ini sangat besar karena tidak ada petunjuknya sama sekali kecuali yang ada di Goa Belanda tadi. Huff!!
Tapi setidaknya saya masih bersyukur nggak melewatkan Curug Omas. Hehe.. Curug Omas ini sudah terletak bersebelahan dengan objek wisata Maribaya. Perlu diketahui, antara Taman Hutan Raya Juanda dengan Maribaya sudah merupakan objek wisata yang berbeda serta dengan pengelola yang berbeda. Nah Curug Omas sudah mepet sekali dengan Maribaya. Curug yang satu ini agak unik. Kalau biasanya kita memandangi curug dari bawah, untuk Curug Omas kita melihatnya dari atas. Lebih tepatnya dari atas jembatan. Ya curug ini kan pada dasarnya adalah sebuah aliran sungai yang jatuh melewati tebing. Kebetulan di atas curug melintas sebuah jembatan yang terbuat dari besi berwarna kuning-biru untuk menyeberangi sungai. Jadilah kita bisa menikmati keindahan curug dari atas jembatan. Namun perlu diketahui, pengunjung tidak diperbolehkan berlama-lama di atas jembatan. Selain itu juga terdapat larangan berhenti di tengah jembatan dan juga pengunjung yang melewati jembatan tidak boleh terlalu banyak dalam satu waktu.
Tidak jauh dari jembatan yang berwarna kuning-biru ini terdapat jembatan lain yang lokasinya agak berada di bawah. Jembatan ini sepertinya berusia lebih tua dan sekarang sudah tidak digunakan lagi. Anda bisa mengambil foto dengan background air terjun dan jembatan kuning-biru dari jembatan tua ini. Yang sangat saya sayangkan, air dari Curug Omas berwarna keruh dan sangat coklat. Lebih menyebalkan lagi, baunyaa itu lohh.. Sumpah mambu bangeeet.. Efek dari manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab yang membuang sampah maupun limbah sembarangan di sungai sangat terasa sekali disini. Padahal saya jamin, Curug Omas akan lebih indah dan menarik jika airnya jernih dan tidak berbau.
Walaupun Curug Omas masih kurang memuaskan, tapi jangan buru-buru kecewa dulu. Tidak jauh dari Curug Omas, kira-kira 100 meter ada aliran sungai yang lain dengan air yang lebih jernih dan tidak berbau. Nah kalau aliran sungai yang ini lebih seger nih. Sayangnya Anda juga tidak bisa turun di bawah aliran air sungai itu karena lokasinya yang cukup curam. Sebagai gantinya Anda bisa bermain air atau sekedar mencuci muka di aliran sungai yang atas. Lagipula sungainya dangkal kok, nggak sampai selutut saya.
Akhirnya saya bisa juga menyelesaikan trekking di dalam Taman Hutan Raya Juanda sejauh 6-7 km. Ternyata waktu tempuhnya juga nggak lama, hanya saya tempuh dalam waktu 2 jam saja dengan beberapa kali berhenti istirahat. Mungkin kalau nggak pas bulan puasa bisa lebih cepat lagi. Kalau Anda sudah puas di Curug Omas, Anda bisa memilih dua alternatif jalur. Ada jalur untuk keluar Taman Hutan Raya Juanda melalui pintu IV, ada juga jalur untuk masuk ke objek wisata Maribaya. Sayangnya untuk masuk ke objek wisata Maribaya Anda harus bayar lagi karena memang sudah beda pengelola dengan Taman Hutan Raya Juanda. Kebetulan saya bisa masuk ke Maribaya secara gratis. Gimana tipsnya? Tunggu di postingan selanjutnya.. :D
sumber : http://id.she.yahoo.com/dago-pakar-tujuan-wisata-petualang-032719405.html;