Tetapi, bila melihat sajiannya, barulah kita menyadari unsur kuliner lain. Ternyata, pemiliknya adalah seorang pria Makassar yang beristrikan perempuan Bali. Perpaduan yang sangat menarik, baik secara manusiawi maupun kuliner. Lokasi rumah makan di Yogyakarta tentulah pula ikut mempengaruhi ciri masakan yang disajikan.
Sang pemilik menyarankan saya memesan udang bakar bambu – satu sajian populer khas dari Bale Bengong. Saya terima saran itu, sambil juga memesan ikan kakap putih bakar saus Bale Bengong, dan plecing khas Sasak. Lho, kok ada dua jenis hidangan yang dibakar? Tenang saja! Saya sudah mendapat jaminan, bahwa sekalipun tekniknya bakar, tetapi hasilnya sangat beda.
Maka, duduklah saya dengan tenang sambil menikmati hamparan sawah yang mengitari Bale Bengong ini. Alunan gamelan Bali di latar belakang membuat saya terkantuk-kantuk melawan desir angin sepoi.
Tidak lama kemudian, hidangan pun datang. Satu ruas bambu yang sudah hangus bagian luarnya, disumpal dengan daun pisang, di bawa ke meja. Sumpalnya dibuka, isinya pun dituangkan ke cambung besar. Ala maaak, harum nian sajian ini.
Udang galah (udang sungai dengan capit panjang) berukuran kecil dibakar di dalam tabung bambu dengan bumbu-bumbu yang ditumis dan dicampur sedikit air. Hasilnya adalah masakan yang mirip udang kukus, tetapi dengan aroma bambu dan daun pisang yang sungguh indah. Kuahnya yang mirip sup encer sangat segar dan gurih. Ada tone sereh dan bumbu-bumbu lain-lain yang tampil dengan cantiknya. Ini membuat saya menghabiskan semua kuahnya seperti layaknya minum kuah sup. Udangnya pun matang sempurna. Daging udangnya succulent (nyakreuk), dan terasa manis sekali. Mak nyuss dan mempesona.
Cara membakar di dalam bambu cukup lazim di berbagai kuliner lokal Indonesia, seperti: Manado, Toraja, Minang, dan lain-lain. Di Bali, khususnya di Karangasem, banyak masakan dalam bambu (timbungan).
Karena setelah Idul Fitri masih banyak nelayan yang libur, pilihan ikan mahi-mahi (lemadang) dan baronang tidak tersedia hari itu. Hanya ada ikan bawal, kakap putih, cumi-cumi, udang, dan kepiting. Kakap putih dibakar dengan saus Bale Bengong yang merupakan campuran antara rica-rica dan kacang tanah. Istimewa!
Harganya? Cukup murah untuk ukuran Jakarta maupun Yogyakarta. Bahkan, ada berbagai paket – dari Rp 125-205 per paket untuk lima orang – yang sudah mencakup ikan bakar, cumi goreng tepung, capcai atau lawar, nasi putih, buah, dan es teh. Dari pengunjung lain, saya mendapat tips murah meriah untuk makan di sini. Pesan saja paket berlima yang paling murah, lalu tambah pesanan berupa udang telur asin dan mendoan supaya lebih meriah. Wah, pintar juga.
Terlalu jauh untuk datang ke Yogya? He he, jangan khawatir, ternyata Bale Bengong juga hadir di Jakarta Timur, tepat di depan Bandara Halim Perdanakusumah (Jl. Angkasa, 021 80888282). Sayangnya, di Bale Bengong Jakarta udangnya tidak memakai udang sungai, melainkan udang pancet hasil budidaya. Tekstur dan manisnya sedikit beda.
Bale Bengong Seafood Resto
Jl. Solo km 12,5 (belakang SBPU)
Kalasan, Sleman, Yogyakarta
0274 496636
sumber :http://www.detikfood.com/read/2011/12/01/115502/1779926/933/bila-bali-bertemu-makassar-di-belanga-yogya