PENYEBAB DAN PERTOLONGAN PERTAMA PENDERITA ASMA

Penyebab Asma


ALERGI MAKANAN DAN OBAT

6 persen penderita alergi memiliki alergi makanan dan obat sebagai alergi utamanya. Alergi makanan lebih sering diderita oleh anak-anak ketimbang orang dewasa. Sebanyak 90 persen reaksi alergi makanan disebabkan oleh susu, kedelai, telur, kacang tanah, ikan, dan kerang-kerangan.

Alergi adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh ketika terkena bahan yang dianggap dapat membahayakan, seperti serbuk sari tumbuhan, jamur, bulu, kulit, dan air liur binatang. Sistem imun menganggap bahan yang disebut alergen ini berbahaya dan dapat mengganggu fungsi normal tubuh

ALERGEN YANG UMUM

TUNGAU: 50-80 persen kasus asma kemungkinan disebabkan oleh tungau.

SERBUK SARI: 53,5 persen pasien asma memiliki alergi terhadap serbuk sari.

BULU BINATANG: 30 persen pasien terserang asma setelah kontak dengan kucing.



NON-ALERGEN YANG UMUM

Flu dan virus yang menginfeksi saluran pernapasan adalah pemicu umum serangan asma pada anak-anak dan orang dewasa.

Penyebab terbanyak kedua serangan asma adalah PEROKOK PASIF.

Perokok pasif menghirup lebih banyak zat berbahaya (tar, nikotin, karbon monoksida) ketimbang siperokok.
.
Stress dan Asma



ANAK-ANAK STRES LEBIH RENTAN TERHADAP ASMA

Anak-anak yang merasa tertekan atau mempunyai riwayat keluarga terhadap asma, maka mempunyai potensi terkena asma yang memburuk, para peneliti telah mempelajari anak-anak usia 6 sampai 13 tahun dengan penyakit ini.

Penelitian ini melibatkan 60 anak-anak yang menderita asma selama sedikitnya tiga tahun. Tidak ada yang memiliki riwayat stres kronis.

Lebih dari 18 bulan, anak-anak diawasi terhadap penyakit asma, serangan asma dan merekam hasil tes napas mereka untuk mengukur kekuatan napas mereka.

Baik anak-anak dan orangtua mereka diwawancarai secara teratur untuk mengidentifikasi peristiwa stres dalam kehidupan anak-anak, termasuk kelahiran, kematian, penyakit dan rawat inap yang tidak melibatkan asma, pemisahan, perubahan dalam hubungan keluarga.

Sekitar 360 peristiwa asma akut berkembang selama studi, dan sekitar 124 peristiwa karena kehidupan yang negatif telah terjadi.

Mengalami stres menaikkan kemungkinan empat kali lipat seorang anak akan mengalami serangan asma akut dalam waktu satu atau dua hari setelah peristiwa.

Terlebih lagi, stres memiliki efek yang berlangsung pada anak-anak ini, dua kali lipat resiko yang mereka akan serangan akut 5-7 minggu setelah serangan awal.

Penulis panggilan untuk studi tambahan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang stres memainkan peran dalam asma, baik dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang, bersama dengan penyelidikan untuk "membedakan antara rangsangan atau peristiwa yang menimbulkan stres dan mereka lebih mungkin untuk sementara meningkatkan gairah fisiologis, dan untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti durasi stres dan tingkat kesulitan kronis. "
Pertolongan pertama pada penderita ASMA



PENANGANAN YANG DILAKUKAN JIKA ANAK TERKENA SERANGAN ASMA


* Membantu anak mendapatkan posisi yang nyaman, terutama duduk tegak sambil bersandar. Jangan memposisikan anak untuk tiduran.

* Usahakan untuk memberi ventilasi udara yang baik,seperti membuka jendela atau pintu jika diperlukan.

* Cobalah untuk mengajak anak bernapas perlahan-lahan dan dalam.

* Beri anak ruang yang cukup lapang agar tidak bertambah sesak.

* Beri dan bantu dia menggunakan obat semprot inhaler.

* Jika setelah 3 menit tidak ada perubahan, cobalah untuk memberi obat inhaler kembali.

* Jika obat inhaler tidak membawa pengaruh atau serangan ber tambah parah setelah 5 menit, cobalah untuk memberi obat semprot setiap 5-10 kali sambil membawa anak ke dokter untuk mendapatkan per tolongan medis.


Terapi asma untuk anak-anak


Menurut hasil penelitian, orang tua yang menyempatkan diri makan malam dengan keluarganya lebih tahu masalah sekolah,perasaan dan pikiran, pergaulan,ketertarikan, serta perubahan mood anak-anaknya.

Tak hanya itu, bagi Anda yang memiliki putra-putri yang tengah mengidap penyakit asma sebaiknya mulai sekarang seringlah makan malam bersama. Pasalnya, menurut hasil penelitian tim peneliti dari

Universitas Illinois,Rochester Medical Center, dan Upstate Medical Center dari Amerika Serikat, rutinitas makan malam bersama ternyata dapat mengurangi intensitas serangan asma.

Studi tersebut menyimpulkan, makan bersama keluarga secara langsung dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak penderita asma. Perbincangan ringan yang berlangsung di meja makan rupanya berpengaruh terhadap cara kerja paru-paru, redanya gejala asma,bahkan kualitas hidup anak. Kesimpulan itu mereka tuangkan dalam jurnal Child Development edisi Januari-Februari lalu.

Para peneliti sampai pada kesimpulan tersebut setelah mengamati anak-anak usia 5-12 tahun yang menderita asma persisten di 200 keluarga. Anak-anak yang menderita asma persisten (menetap) lebih sensitif dan rentan kambuh disbanding penderita asma pada umumnya.

Melalui kamera video yang disiapkan secara tersembunyi, perilaku anak-anak selama makan direkam dan dikaji pengaruhnya terhadap penyakit asma mereka. Dari rekaman video di 200 keluarga, secara umum tergambar bahwa makan bersama rata-rata berlangsung selama 18 menit.

Seorang wanita muda, mengaku saat kecil dulu nyaris tidak pernah terserang asma ketika sedang berkumpul dengan keluarga,seperti makan bersama. “Sejak kecil, saya punya kebiasaan makan malam bersama keluarga. Tapi apakah itu berpengaruh terhadap asma,saya baru ngeh sekarang,” ujarnya .

Perempuan yang bekerja di bidang desain dan multimedia itu mengaku, asma lebih sering menyerang jika ia terlalu capek, menghirup debu, atau berada di lingkungan yang dingin. Melakukan terapi penguapan (inhalasi) dan penyinaran dengan inframerah rutin dia lakukan hingga lepas bangku sekolah dasar.

Ada dua hal positif yang didapat anak penderita asma dari rutinitas makan bersama keluarga.

Pertama, aktivitas si kecil lebih mudah dipantau oleh orang tua. Begitu juga makanan yang dimakan olehnya. Orang tua jadi tahu apakah anak makan makanan yang dapat memicu asma atau tidak.Makanan yang dapat memicu asma antara lain bumbu-bumbu yang mengandung penyedap, bahkan cokelat. Kedua, rutinitas makan bersama berpengaruh positif terhadap keadaan psikis dan emosi anak. Hal tersebut secara langsung membuat anak lebih kuat menangkal faktor- faktor pemicu kambuhnya asma.

“Ambang batas toleransi terhadap faktor pemicu naik sehingga lebih jarang terkena asma,”kata Faisal.Ia menceritakan, sebelumnya pernah ada penelitian yang menyatakan bahwa anak dalam lingkungan keluarga tidak harmonis lebih sering terserang gejala asma. Sedangkan yang keluarganya harmonis sebaliknya. “Penelitian itu terbukti,” kata Ketua Dewan Asma Indonesia itu.






sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10285474