Headline

Jakarta – Pada Sabtu (26/11) lalu, Jembatan Tenggarong di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, runtuh. Jembatan Tenggarong sendiri menggunakan teknologi cable-stayed. Apa itu?

Teknologi cable-stayed menjadi pilihan untuk membangun jembatan Tenggarong. Jembatan ini sendiri terdiri dari satu atau lebih kolom dengan kabel yang mendukung dek jembatan. Terdapat dua kelas utama jembatan jenis ini.

Pertama, desain harpa di mana kabel dibuat hampir parallel dengan memasang kabel pada beragam titik pada menara agar ketinggian tiap kabel yang dipasang pada menara serupa jarak dari menara bersamaan dengan jalan pada bagian bawah.

Kedua, desain kipas di mana semua kabel yang ada terhubung atau melewati atas menara. Keuntungan utama menggunakan jembatan jenis ini adalah, karena jembatan sangat keras, proses deformasi yang terjadi di bagian bawah akan sangat berkurang.

Selain itu, jembatan jenis ini dapat dikonstruksi ulang melalui kantilever dari menara di mana kabel yang ada berperan sebagai pendukung permanen atau sementara pada dek jembatan.

Tak hanya itu, keuntungan lain jembatan ini adalah, jembatan ini merupakan jembatan simetris dan mampu menggunakan berapa pun jumlah menara. Di sisi lain, suspensi jembatan semacam ini hanya dibuat sebanyak satu pasang menara saja.


http://www.indonesiabox.com/s3cdn/2010/04/Jembatan-Kutai-Kartanegara-tenggarong-3.jpg

http://farm4.static.flickr.com/3596/3332522736_301b09ceaf.jpg




sumber :http://teknologi.inilah.com/read/detail/1801408/teknologi-di-balik-jembatan-tenggarong-yang-runtuh