Rokok vs Ekonomi: Mitos dan Fakta


Fakta: Negara membayar biaya lebih besar untuk rokok dibanding dgn pemasukan yg diterimanya dr industri rokok. Penelitian dari World Bank tlh mmbuktikn bhw rokok mrpkn kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yg diterima negara dr industri rokok (pajak dn sebagainya) mgkn sj berjumlah bsr, tp kerugian langsung dn tdk lsg yg diebabkn konsumsi rokok jauh lbh bsr. Biaya tinggi hrs dkeluarkn utk mmbayar biaya penyembuhan penyakit yg dsebabkn oleh rokok, absen dr bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian prematur, dn jg mmbuat org mnjdi miskin lbh lama krn mrk menghabiskn uangny utk mmbeli rokok. Biaya bsr lainny yg tdk mudah utk djabarkan trmsk berkurangny kualitas hidup para perokok dn mrk yg menjadi perokok pasif. Selain itu penderitaan jg bagi mrk yg hrs kehilangan org yg dcintainya krn merokok. Smua ini mrpkn biaya tinggi yg hrs ditanggung. |
Mitos : Mengurangi konsumsi rokok merupakan isu yang hanya bisa diatasi oleh negara-negara kaya.
|
Mitos : Pengaturan yang lebih ketat terhadap industri rokok akan berakibat hilangnya pekerjaan di tingkat petani tembakau dan pabrik rokok.
|
Mitos : Pemerintah akan kehilangan pendapatan jika mereka menaikan pajak terhadap industri rokok karena makin sedikit orang yang akan membeli rokok. Quote:
|
Mitos : Pajak rokok yang tinggi akan menyebabkan penyelundupan.
|
Mitos : Kecanduan rokok sudah sedemikian tinggi, menaikkan pajak rokok tidak akan mengurangi permintaan rokok. Oleh karenanya menaikkan pajak rokok tidak perlu.
|
Mitos : Pemerintah tidak perlu menaikkan pajak rokok karena kenaikan tersebut akan merugikan konsumen berpendapatan rendah.
|
Mitos : Perokok menanggung sendiri beban biaya dari merokok.
Fakta:
Perokok membebani yang bukan perokok. Bukti-bukti biaya yang harus ditanggung bukan perokok seperti biaya kesehatan, gangguan, dan iritasi yang didapatkan dari asap rokok. Ulasan di negara-negara kaya mengungkapkan bahwa perokok membebani asuransi kesehatan lebih besar daripada mereka yang tidak merokok (walaupun usia perokok biasanya lebih pendek). Apabila asuransi kesehatan dibayar oleh rakyat (seperti Jamsostek) maka para perokok tentunya ikut membebankan biaya akibat merokok kepada orang lain juga.
