Negara kita, Indonesia, bukan cuma kaya akan hasil alam, kesenian, dan budaya, tetapi juga peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya. Salah satu peninggalan sejarah yang bernilai adalah Meriam Si Jagur yang sekarang ada di Museum Sejarah Jakarta.
Usia Meriam Si Jagur sudah sangat tua. Meriam ini dibuat di Makau pada abad ke-16 oleh orang Purtugis bernama N.T. Bocarro. Kemudian meriam itu digunakan oleh Portugis sebagai senjata perangnya di sebuah benteng di Malaka (seakrang sebuah daerah di Pulau Sumatra dekat semenanjung Malaysia) untuk melawan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). VOC adalah Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda. VOC didirikan pada tanggal 20 Maret 1602, dan menjadi pemegang kekuasaan jajahan di Indonesia sampai runtuhnya pada tahun 1799. Kembali ke soal Si Jagur. Setelah Malaka jatuh ke tangan VOC Belanda dan Portugis kalah perang pada tahun 1641, meriam ini diboyong ke Batavia (sekarang Jakarta) oleh VOC. Kata Pak Kasirun yang bekerja sebagai Staf Koleksi Museum Sejarah Jakarta, tempat di mana sekarang meriam itu ditaruh, Si Jagur adalah peralatan perang yang dahsyat pada masanya. Bisa kamu bayangkan betapa dahsyatnya meriam itu. Mungkin kalau diibaratkan, meriam itu seperti seorang manusia yang berpangkat Jenderal. Benda bersejarah ini jadi andalan untuk merubuhkan pertahanan musuh. Keren ya? |
Saat di Batavia (Jakarta) meriam ini beberapa kali berpindah-pindah tempat. Pak Kasirun bilang, pertama kali berada di sini, meriam ini diletakkan di Jembatan Kota Intan. Jembatan ini sendiri merupakan peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1628, dan sekarang menjadi benda cagar budaya yang dilindungi pemerintah kita. Setelah Indonesia merdeka, dari Jembatan Kota Intan, meriam ini dipindahkan lagi ke Museum Nasional. Lalu pada tahun 1968, Si Jagur dipindahkan lagi ke Museum Wayang, dekat Museum Sejarah Jakarta yang saat itu belum difungsikan sebagai sebuah museum. Setelah Museum Sejarah Jakarta diresmikan, meriam ini dipindahkan ke Taman Fatahillah, atau di halaman depan Museum SeJarah Jakarta. Baru pada tahun 2002, meriam bernilai ini diletakkan di halaman belakang Museum Sejarah Jakarta sampai sekarang. |
Meriam peninggalan Portugis ini berbahan dasar perunggu mempunyai berat 3, 5 ton, dan panjang 3, 81 cm. Yang menarik, konon meriam ini merupakan hasil leburan dari 16 meriam kecil. Ada yang unik kalau kamu perhatikan bentuk meriam ini. Uniknya di mana? Coba kamu perhatikan bagian punggung atau belakang meriam, di sana kamu akan menjumpai sebuah bentuk tangan kanan menggenggam dengan ibu jari terjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah. Bentuk ini mempunyai makna yang tidak sembarangan lho. Kata Pak Kasirun, ini merupakan simbol dari kesuburan, kejayaan, dan kekuatan. “Kalau orang berbicara hebat cuma dengan mengacungkan jempol itu sudah biasa. Tetapi kalau menggenggam tangan dengan jempol yang terjepit itu artinya luar baisa,” Katanya. Berarti simbol ini melambangkan sebuah keberanian yang luar biasa. Konon katanya, di samping peralatan perang yang luar baisa, meriam ini juga mempunyai kekuatan mistis. Kekuatan mistis adalah kekuatan di luar panca indera kita dan tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Pak Kasirun bilang, dulu banyak orang yang “meminta” pertolongan ke meriam ini. Tapi, sekarang seiring perkembangan zaman, benda itu tidak lagi dijadikan benda mistis. |
Selain bentuk unik tadi, kalau kamu perhatikan di bagian punggungnya terdapat sebuah tulisan bahasa Latin,”EX ME IPSA RENATA SUM”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya “Dari Diriku Sendiri Aku Dilahirkan Lagi.” Nah, dari sebuah meriam saja jika kamu pintar menghayatinya, kamu bisa belajar soal makna keberanian orang-orang zaman dulu. Belum lagi bentuknya dan hasil pengerjaannya yang unik. Hal itu berarti bahwa orang-orang zaman dahulu tidak kalah hebatnya dalam menghasilkan sebuah benda bernilai. Sekarang, meriam ini merupakan benda yang tidak ternilai harganya dan menjadi warisan sejarah bangsa kita. Meskipun meriam ini tidak dibuat oleh bangsa kita, tapi kita wajib menjaganya ya. Kalau kamu penasaran, kamu boleh mengunjungi Si Jagur di Museum Sejarah Jakarta, yang terletak di Jalan Fatahillah No. 1 Jakarta Barat.
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=11320148