Neneng, seorang kerabatnya, mengatakan Irfan terlahir dengan kondisi normal dengan berat empat kilogram dan tinggi 40 sentimeter. Tidak ada masalah hingga usia sekitar satu tahun. Namun, pertumbuhan tulangnya seperti terhenti setelah ia melewati usia satu tahun.
Tidak ada diagnosis dokter. Irfan terlahir di tengah keluarga miskin. Ibunya seorang buruh cuci. Benturan ekonomi tak hanya membuatnya sulit berobat dan mencari tahu masalah kesehatannya, tapi juga membuatnya tak bisa bersekolah.
Sehari-hari, aktivitasnya hanya bermain bersama anak-anak balita di sekitar tempat tinggalnya. “Karena sering dapat ejekan, jadi keseharian Irfan hanya bermain dengan anak-anak kecil. Sifatnya pun masih terlihat seperti anak kecil,” kata Neneng kepada VIVAnews.com
Pria kelahiran Garut, 13 November 1989 itu merupakan anak ke-2 dari lima bersaudara.
Sumber: vivanews.com