Air seni, air kencing, atau urin adalah nama yang semakna. Ia merupakan cairan sisa reaksi biokimiawi rumit yang terjadi di dalam tubuh. Meski zat buangan, urin manusia masih mengandung bahan kimia seperti nitrogen, fosfor, dan potasium. Bila menumpuk dan tidak dikeluarkan, maka akan menjadi racun yang malah membahayakan tubuh.

Sebanyak 70% bahan makanan (nutrisi) yang dikonsumsi manusia dikeluarkan dalam bentuk air seni. Dalam setahun, seseorang dapat mengeluarkan air kencing kira-kira sebesar 500 liter. Jumlah ini setara dengan 4 kg nitrogen, 0.5 kg fosfor, dan 1 kg potasium. Ketiganya termasuk unsur penting dalam pertumbuhan tanaman.

Pupuk Urin

Walaupun terkadang berbau menyengat, air kencing ternyata membawa manfaat. Contoh penggunaan urin yang kini tengah berkembang adalah sebagai pupuk tanaman. Di beberapa negara, pupuk urin merupakan bagian dari program pemanfaatan limbah yang disebut Ecosan.

Ecological Sanitation (Ecosan) diilhami oleh banyaknya permasalahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan limbah rumah tangga seperti kotoran manusia. Dahulu, sebagian menganggap limbah tersebut tak berguna sehingga sering dibuang begitu saja. Namun, sebenarnya kotoran tersebut dapat diolah sedemikian rupa sehingga lebih berdaya guna. Di samping mampu menjaga kesuburan tanah, teknologi ini juga dapat membantu mewujudkan ketahanan pangan.

Sejumlah negara sudah mulai menggalakkan program daur ulang limbah manusia ini. Sebut saja Cina, Zimbabwe, Meksiko, India, dan Uganda. Bahkan, beberapa negara Eropa juga turut serta dalam program ini, misalnya Jerman dan Swedia.

Menurut Ian Caldwell dan Arno Rosemarin dari Stockholm Environment Institute, Swedia, penggunaan urin dan kotoran manusia sebagai pupuk adalah cara utama dalam menerapkan pertanian berkelanjutan. Lebih jauh lagi, hal tersebut dapat membantu tercapainya ketahanan pangan dan mendukung tersedianya nutrisi yang lebih baik.

Sementara itu, penelitian air seni manusia sebagai pupuk juga telah dilakukan oleh MnKeni bersama teman-temannya dari Universitas Fort Hare, Afrika Selatan. Secara umum, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan urin sebagai sumber nitrogen sebanding dengan pupuk urea. Kendati demikian, hasil ini bergantung pada kepekaan tanaman yang dipanen terhadap kadar garam (salinitas) lahan tempat bercocok tanam. Oleh karenanya, perlu pengawasan dalam penggunaan pupuk air seni ini.

Banyak Kelebihan

Pupuk urin memiliki banyak keunggulan, baik dari sisi lingkungan, ekonomi, maupun sosial. Dalam lingkungan, penggunaan pupuk ini memperbaiki penanganan kesehatan masyarakat. Penggunaan pupuk air seni juga mampu meningkatkan hasil panen sehingga taraf hidup masyarakat membaik. Dengan kata lain, air kencing dapat menurunkan angka kemiskinan.

Salah satu masalah yang dikhawatirkan dari pemanfaatan pupuk jenis ini adalah rasa produk tanamannya. Logikanya, penggunaan air seni sebagai pupuk berkemungkinan mempengaruhi mutu hasil tanaman. Namun, permasalahan ini ditepis oleh penelitian Surendra K. Pradhan dan rekannya dari Universitas Kuopio, Finlandia.

Mereka membandingkan penggunaan air kencing manusia sebagai pupuk kubis dengan pupuk buatan industri. Hasilnya, kemampuan pupuk urin sama dengan pupuk buatan industri pada dosis 180 kg N/ha.

Bahkan pertumbuhan, biomassa, dan kandungan klorida tanaman sedikit lebih tinggi jika menggunakan pupuk air seni. Serangga yang biasanya ikut mati akibat penggunaan pupuk industri juga berkurang dengan menggunakan pupuk alami ini.

Penelitian ilmuwan ini membuktikan bahwa air seni manusia dapat digunakan sebagai pupuk tanpa mengancam nilai kehigienisan tanaman yang berarti. Selain itu, rasa produk makanannya juga tak berkurang meski tanaman yang menjadi bahan bakunya diberi pupuk urin.

Lidah Pengecap Air Seni

Keberadaan air kencing manusia yang banyak mengandung zat sisa reaksi biokimiawi tubuh tak hanya dimanfaatkan sebagai pupuk. Cairan berbau ini juga mendorong peneliti untuk menciptakan lidah elektronik. Lidah yang terdiri atas bermacam sensor kimia potensiometrik tersebut digunakan sebagai pendeteksi kegagalan fungsi sistem urin dan kadar kreatinin.

Kreatinin adalah hasil pemecahan kreatinin fosfat di dalam otot. Senyawa ini normal ada dalam urin, yakni sebesar 0.5-1 mg untuk perempuan, dan 0.7-1.2 mg untuk laki-laki. Namun, jumlah yang berlebih menandakan ada kerusakan dalam ginjal.

Di samping dapat mengelompokkan contoh urin yang diteliti, lidah buatan juga mampu membedakan contoh urin orang sehat dengan yang mempunyai penyakit tumor kandung kemih. Dengan data analisis urin yang dihasilkan mungkin bisa mengetahui jenis tumornya, baik yang ganas maupun tidak ganas.

Tanda Kebesaran Allah

Air kencing manusia, ternyata bukan sekedar cairan tak berguna. Sederet manfaat dimiliki oleh cairan tersebut. Inilah satu lagi bukti kebesaran Allah. Sungguh, tiada yang sia-sia segala apa yang telah diciptakan-Nya tak terkecuali air seni.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya manusia bersyukur atas apa yang Allah berikan. Sejatinya, hanya Dialah yang mampu menjadikan barang hina seperti urin manusia, dapat berfungsi laksana pupuk dan pendeteksi penyakit. Ini karena Allah adalah satu-satunya Tuhan yang memiliki sifat Maha Pencipta dan Maha Mengetahui, sebagaimana firmanNya: ”Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”.

Cara membuat pupuk dengan air seni :

Proses pengolahan air seni sebenarnya tidak rumit. Bahan-bahan yang dibutuhkan pun tidak sukar dicari. Menurut Elvi Martalinda, bahan utama adalah air seni. Dalam percobaan yang dilakukan, untuk 100 liter air seni, dibutuhkan 1 kg rempah-rempah. Nantinya akan menghasilkan 100 liter pestisida.


Kalau ditotal, biaya yang diperlukan hanya sekitar Rp 5.000 untuk membeli rempah-rempah. Sementara itu, air seninya masih gratis. Ini bisa dibandingkan dengan pestisida pabrikan yang dijual di pasaran seharga Rp 10.000/liter.

Rempah-rempah yang dibutuhkan adalah jengkol, kunyit, petai, dan brotowali masing-masing sebanyak 250 gram. Bahan lainnya, bawang merah dan cabai rawit, masing-masing 750 gram.

Selintas, saat anak-anak mencari bahan-bahan itu di pasar, dikira mereka akan praktik membuat masakan khas daerah., seperti pindang atau rendang. Pedagang sempat bertanya ketika siswa yang masih mengenakan seragam sekolah membeli bahan-bahan tersebut.

"Untuk praktik masak apa, Nak? Memang aneh, sekarang, masak anak laki-laki disuruh masak," ujar pedagang itu seperti ditirukan Elvi, sang guru pembimbing.
Alat-alat yang diperlukan juga gampang dicari, yakni wadah penampung urine yang bisa berupa bak atau drum, penutup wadah penampung, pisau, penghalus rempah-rempah, timbangan, kompor, panci, sarung tangan, masker, dan kaca pembesar.

Selain bahan dan alat-alatnya mudah dicari, pengolahan urine menjadi pestisida ini juga sangat mudah. Yang pertama dilakukan adalah menyiapkan bahan dan alat-alat yang diperlukan. Setelah itu, semua rempah-rempah (kunyit, pete, brotowali dan jengkol) direndam selama 24 jam, kemudian direbus.

Langkah berikutnya, urine dimasukkan ke dalam wadah penampung dan dicampur dengan rempah-rempah yang telah direbus. Proses ini dilanjutkan dengan tahap fermentasi selama 2-3 minggu.

Setelah fermentasi selesai, bawang merah dan cabai rawit dimasukkan ke dalam wadah penampung. Wadah itu kemudian ditutup dan dibiarkan selama 3-4 hari. Urine tadi dipastikan siap digunakan sebagai pestisida, tak kalah dengan pestisida buatan pabrik. Untuk penggunaannya, setiap 1 liter pestisida organik ini dicampur dengan 10 liter air.

Pemilihan Bahan

Pemilihan bahan, menurut Elvi, didasarkan kandungan yang terdapat dalam bahan-bahan itu. Jengkol (Pithecellobiium jiringa) dan petai (Parkia speciosa), misalnya, dipilih karena mempunyai kandungan asam amino dan sulfur yang berfungsi membunuh dan menghambat pertumbuhan hama tanaman.

Kunyit (Curcuma longa) mengandung kurkinoid yang terdiri atas polifenol, kurkumin, desmetoksikumin, bisdesmetoksikurkum in, minyak asiri/volatil oil, lemak, larbohidrat, protein, pati, vitamin C, garam-garam mineral (zat besi, posfor, dan kalsium). Polifenol pada kunyit merupakan bahan antimikroba ataupun hama tanaman.

Brotowali (Tinospora crispa) mempunyai kandungan kimia, yakni pikroretin, alkaloid, damar lunak, pati, dan glikosida. Zat pahit pikroretin berguna untuk membunuh hama tanaman. Bawang merah (Alium ascalonicum) mengandung minyak atsiri, sikloaliin, metilanilin, dihidroaliin, flavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida, fitohormon, vitamin dan zat pati.

Minyak atsiri mempunyai susunan serat yang mempengaruhi sistem saraf hama, juga memberikan efek panas, serta rasa dan aroma yang tajam. Cabbai rawit, kandungan kimianya kapsaisin, karotenoid, alkaloid asiri, resin, minyak, dan vitamin (A dan C). Kapsaisin memberikan rasa pedas dan panas pada cabai, serta kapsisidin berkhasiat sebagai antibiotik.

Dari hasil uji coba, memang terbukti pestisida olahan dari air seni ini memiliki keuntungan dibanding yang anorganik. "Paling tidak ada lima keuntungan, yang pertama lebih aman dan tidak berbahaya bagi manusia karena tidak mengandung racun. Pemakaian dalam dosis tinggi tidak merusak struktur tanah dan mencemari lingkungan. Dan, tak kalah dengan pestisida pabrik karena memiliki perlindungan pada tanaman yang sama kuatnya terhadap serangan hama tanaman," kata Elvi.

Selain itu, dua keuntungan lainnya ialah dapat menyuburkan tanah karena nantinya akan diuraikan mikroorganisme menjadi pupuk cair yang berguna bagi kesuburan tanah. Dan terakhir, urine manusia lebih baik dibandingkan dengan urine sapi. Hal ini karena manusia umumnya banyak mengkonsumsi bahan-bahan makanan yang mengandung bahan kimia.

Paling tidak, dengan hasil penelitian awal ini dapat diketahui bahwa urine manusia itu bukanlah limbah yang harus menjadi biang masalah. Bukan tidak mungkin, nanti urine manusia akan menjadi barang berharga. Tidak lagi kita membayar kalau buang air kecil di toilet umum, tapi justru pengelola toilet umumlah yang mestinya membayar atas urine yang kita "kucurkan" itu.